SELAMAT DATANG 歡迎

Assalamualaikum ... Welcome to my blog ... Do not forget to give any comments. Always Good Morning

Friday 15 April 2011

My SIM Story Part 1

PROLOG
Ini adalah catatanku mengenai pengalamanku di SIM menurut pandanganku. Catatan ini adalah aku anggap sebagai catatan pribadi, catatan diaryku selama di SIM. Kenapa ku tulis di sini? Karena bagiku inilah saat yang tepat untuk sekali-kali mencoba menuliskan kisahku di SIM selama 1 tahun periode kepengurusan. Siapa tahu bisa disatukan dengan kisah pengurus lain di SIM, nantinya bisa dinovelkan. Kalau sudah tua besok, dibaca lagi jadi mengenangkan bukan?? Hhehe

SEBAB MUSABAB DAN AWAL PERMULAAN
SIM..Studi Ilmiah Mahasiswa. Masih teringat bagaimana dulu pertama kali ditawari sama mas Fauzi. Mas Fauzi, EP 2006. Memang waktu itu akan vakum dari dunia keorganisasian. Sempat berpikir juga bagaimana kalau nganggur. Vakum dan nganggur, “ngoyod” sangat lebat.. Apalagi waktu itu kakak tingkat 2006 juga masih memeluk organisasi semua, haha, padahal aturan mereka sudah pada lulus. Hm, tapi it’s no problem, berarti mereka bertanggung jawab sama adik-adiknya.
Satu hari, saya berkeluh kesah dengan mas Fauzi itu. Bukan berkeluh kesah, tapi hanya bercerita saja. Saya sempat menanyakan, “mas, nanti habis dari BPPI saya masih belum ada gambaran mau ke mana, masih bingung. Apa ikut UKMI saja ya?”. Dia menimpali: “Dik, UKMI itu sekarang jatahnya 2008. Lucu kalau antum masuk UKMI. Nanti kalau syuro berarti antum dipimpin adik2. Ayo mas, syuro, gitu?”. Saya pikir iya juga kondisinya seperti itu. Memang rata-rata sekarang sudah angkatan 2008 untuk UKMI. Artinya kepemimpinannya setara dengan fakultas. Dia menimpali lagi,” atau antum di SIM saja dik? Antum kan mawapres?”. Tukasku,” Mas, aku ini mawapres-mawapresan. Wong jadi mawapres aja untung-untungan. Saya juga ga bagus di ilmiah. Bikin karya tulis aja gag pernah. Baru sekali kemarin.”. Akhirnya percakapan kita selesai di situ pada hari itu. Sepertinya memang mas Fauzi sibuk sekali. Dia datang ke Tsaqofi untuk menemui seseorang dengan keperluan lain dan bukan untuk bertemu denganku. Tapi, hari itu mas Fauzi pergi dengan seutas harapan untuk menembuskanku ke SIM. Tau deh kenapa begitu, perasaan aku bukan orang yang memiliki kemampuan spesial seperti orang-orang yang bagiku istimewa, jauh panggang dari api kalau aku bilang.
Beberapa hari kemudian beliau datang lagi untuk menemuiku. Dia datang lalu bercerita, “ kemarin saya sudah bilang ke pengelola SIM bahwa antum saya rekomendasikan untuk masuk di kepengurusan SIM”. Saya sempat shock sedikit, “hah, mas serius? Kan sudah saya bilang, saya jelek di keilmiahan”. Dia menjawab,”gak apa2. Saya tahu kapasitas antum kok.” Dia bilang lagi, eh dik, antum ikut ya meramaikan pemilihan direktur SIM. Cuma meramaikan saja. Kata pengelolanya sih sudah ada yang dipilih. Nah antum yang meramaikan saja, biar nanti pencitraan di kalangan mahasiswa lebih bagus. Kan kalau yang ikut dari berbagai fakultas nanti jadinya pencitraannya bagus”. Saya tanya “bagaimana syarat-syaratnya?”. Ada debat dalam bahasa Inggris….dsb….( tidak perlu saya sebutkan di sini). Sontak dengar syarat itu, saya langsung tidak menyanggupi. Bukan karena tidak berani, tapi karena ada banyak acara dan deadline yang masih harus dikejar termasuk deadline kampanye hari Senin. Maklum, aku diamanahi jadi presiden partai Jembatan dan jujur cukup menyita tenaga, waktu dan lainnya. Selain itu, bukan tipe saya untuk melakukan debat. Ranah di SIM selama ini juga gak ada, bagaimana bisa nanti menjawab pertanyaan seputar ke SIM an? Paling tidak, orang-orang yang ada di SIM kan orang- orang yang sudah tau seluk beluk SIM minimal berapa periodelah.. “ saya pikir-pikir dulu ya mas, nanti saya kasih kabar lagi”.
Sama, dia datang lagi beberapa hari kemudian. Dia datang memastikan. Bahkan menawarkan diri untuk mengurusi syarat2nya. Saya tanya, berapa orang yang sudah mendaftar mas? Dia bilang”dua orang”. Saya menjawab: saya pikir dua sudah cukup”. Kata-kata itu sengaja saya lontarkan untuk mencari alasan tidak ikut pemilihan. Getol saya mempertahankan diri agar tidak ikut pemilihan direktur. Begitu dan begitu, akhirnya dia menyerah, bukan menyerah, tapi mengiyakan keinginanku. Saya merasa lega sekaligus bersalah. Huf huf, fuh fuh, menyesal sekaligus membuang rasa penyesalan itu jauh-jauh.

SELEKSI DIREKTUR
Hari itu, entah tanggal berapa saya dapat SMS dari mba Fitri. Mba Fitri ini dari FE Akuntansi angkatan 2006. Dia kalau ga salah ada di MEDIA jadi kadivnya. Mba Fitri sms begini kalau ga salah. “Asalamualaikum. Dik, jangan lupa ya datang di pemilihan direktur SIM Sabtu di ruang sidang Utama Fakultas Teknik jam 08.00”. Sms itu kubaca dan pada tanggal itu baru bisa datang jam 10. Padahal sudah diingatkan mba Fitri sebelumnya, “bisa datang to hari ini?”. Yah, Molor 2 jam. Seperti biasanya, kebiasaanku tukang molor.Heheh
Motor aku stater. Dengan santainya menuju fakultas teknik. Motor pelan kujalankan lewat belakang kampus gerbang FKIP, karena gerbang hukum tutup. Oon deh, sudah tahu hari Sabtu tapi masih lupa juga tetep lewat gerbang hukum. Huh. Sampai deh depan gedung IV atau berapa?. Heheh. Berangkat dengan berat hati mengingat aku siapa dalam acara itu. Bukan siapa-siapa.
 Masuk gedung pelan-pelan. Naik ke lantai atas. Nengok ruang sidang. Dalam hati membatin,”kok Sepi?”. Saya sms mba Fitri, “di mana mba? Kok sepi?”. Satu menit kemudian sms masuk di hapeku,”lurus terus dik dari ruang sidang utama”. Hm, kaki melangkah lurus dari RSU FT. DOR! Ada Heru Edi Kurniawan lagi duduk sendirian di lantai kayak orang hilang. Sibuk mengerjakan sesuatu, sibuk berkutat dengan laptopnya. Sekali dia menengok dan langsung menyalahkanku,, “piye, gak gelem melu pemilihan direktur, ah cemen”. “Ha?, apa-apaan?. Datang-datang kok langsung dapat getah tuduhan”, batinku pahit. “Ngopo kowe dewekan ng kene?”, kataku yang lantas ikut duduk di lantai. Dia jawab,”iki lho, lagi gawe presentasi. Tapi laptopku hang, lemot banget. Ki wis meh mlebu, mengko aku mlebu sik, tulung mengko laptopku shutdownke. Terus gowo mlebu”. “Ha?? Datang langsung disuruh-suruh?”. Benar saja laptopnya memang lemot. Shutdown saja sekitar 10 menit. Mba Fitri sms lagi menanyakanku yang tak kunjung masuk. Pelan tapi gak pasti, aku mengemasi laptop Heru dan masuk pelan-pelan ke ruangan.
Ces… Ruangan yang sejuk ber-AC. Di depan ada mas Hasan Zainuri (direktur SIM waktu itu sekaligus mawapres UNS 2009) , fulanah dan fulanah yang sedang bertanya pada dua orang calon direktur, Heru dan Fulan??(red: sekarang sudah tau, ternyata Tatang, hehe). Sambutan waktu itu cuma dari mba Fitri,dengan senyumannya yang khas sedang yang lain diam saja. Jujur ngeri dengan pemandangan seperti itu. Ruangan dingin itu serasa sangat panas. Aku hanya duduk membisu, membatu, diam seribu bahasa. Ada yang kemudian membawakanku snack. Memang waktu itu belum sarapan sih, jadi itung-itung ganjal perut, hehehhe.
Bosan di dalam ruangan. Cuma memandang orang-orang di depanku. Aku memang sengaja ambil tempat duduk paling belakang. Yang kukenal paling cuma Erni, dia adalah musuh utama debat bahasa Inggrisku, huf. Dia pun juga diam saja melihatku sekilas dan tidak ada respon. Mungkin dalam pikirannya aku hanya orang asing, siapa dia?. Haha, maaf ya Erni.. Sesekali aku coba mendengarkan proses seleksi yang begitu ketat, karena para reviewer, termasuk mas Hasan sangat getol sekali melakukan diskusi dengan Heru dan Fulan??. Mereka saling lontar pertanyaan dan jawaban. Hah, dalam hati membatin,”siapapun yang terpilih tidak menjadi masalah bagiku”.
Sesekali smsan dengan mba Fitri mengenai perasaan “takutku” dengan kondisi SIM. Dia dan laptop Heru yang menenangkanku dan membuatku tetap stay di ruangan. Jam menunjukkan pukul 11.40. Saatnya ijin ke mba Fitri. Eh, mba Fitri juga ijin karena katanya mau mengurusi masalah amunisi untuk kampanya partai Madani hari Senin. Lagi, aku merasa gimana gitu, mengingat partai Jembatan pengurusnya hampir musnah, tersisa lima orang saja. Huft.. Pukul 12.00 aku keluar dari ruangan itu tanpa pamit, haha. Laptop kutitipkan ke mba Fitri.

PERTEMUAN DENGAN MAS KUNTO
Beberapa minggu berselang setelah hari itu, aku di sms mas Kunto. Mas Kunto, mahasiswa Teknik angkatan 2006, sekjend SIM Periode mas Hasan Zainuri. Inti smsnya seperti ini, “Aslm. Ini mas Kunto dari SIM. Ini Tri Hariyana? Ada waktu tidak? Kita akan membicarakan tentang SIM”. “Oh ya mas, insya Allah bisa”. Pada hari yang ditentukan akhirnya kita bertemu di NHIC. Masjid yang sangat tua menurutku. Bangunannya sudah sangat tua, atapnya sudah sangat rapuh. Kalau ada yang jalan di lantai 2, seolah kaya ada gempa bumi. Tapi masjid ini masih tetap sangat bersahaja dengan para takmirnya yang masih sangat setia dan menurutku mereka sangat bersahaja, hohoho.
Seolah sudah sangat mengenalku, mas Kunto langsung mendatangiku dan memastikan namaku, “ini Tri Hariyana kan?”.  Saya jawab saja, “iya mas. Saya Tri Hariyana”. Terkesan padaku dia orangnya sangat semangat. Dari cara bicaranya, cara mengekspresikan pendapatnya, senyumnya,gaya bicaranya, movement body languagenya. Pokoknya semuanya deh. “ Begini dik Tri Hariyana, ayo kita duduk di sana saja”.
Sembari berjalan menuju teras utara NHIC, dia mengambil posisi duduk dan aku mengikuti dari belakang. Mas Kunto lantas bicara “Tri Hariyana sudah tau belum kalau mau diploting di PHT SIM?”. “Belum, Mas”, jawabku. “hm, ya sudah. Kita mulai pelan-pelan saja mengenai SIM”, jawab beliau. Hari itu, menit itu selama ngobrol dengan mas Kunto hanya diam dan dijelaskan tentang SIM itu apa, bidang-bidangnya apa saja, tugas-tugas masing-masing bidang. Intinya dikenalkan SIM secara ringkas. Sekitar 70 menitan kita diskusi. Endingnya beliau menanyakan,” apakah sudah paham tentang SIM?”.
 Tetap saja saya menjawab belum karena memang sama sekali belum tahu SIM itu apa. Dia kemudian menjelaskan lagi, ”Saya dulu juga posisi sama seperti Tri Hariyana, belum tahu apa-apa, tapi belajar pelan-pelan. Lama-lama paham. Kalau Tri Hariyana belum paham, tidak apa-apa. Nah, kira-kira dari bidang-bidang tadi, Tri Hariyana milih yang mana yang kira-kira cocok?”. Aku bingung sebenarnya mau milih yang mana. Karena tidak mungkin aku tahu dengan pasti isi SIM. Tapi waktu itu aku memilih tiga opsi, HRD, bendahara dan Humas. Saya Tanya ke mas Kunto,”Mas, direktur terpilih siapa?”. Waktu itu kupikir yang akan jadi direktur itu Heru. Mas Kunto kemudian menjawab, ” yang jadi direktur SIM sekarang Tatang”. “Oh, Tatang”, jawabku. Sejatinya aku belum pernah tahu dan dengar nama itu sebelumnya. Pernah sih mas Didin, pernah cerita tentang kompetisi mawapres di teknik. Selisih nilainya dengan juara 2 sangat sedikit dan sangat ketat. Dan orang itu adalah direkturku sekarang yang kata salah satu staf dibilang “koleris”. Hehehe. Aku jadi berfikir, kenapa orang-orang koleris itu seringnya jadi pemimpin? Kenapa pemimpin rata-rata orang koleris?
Beberapa waktu kemudian, mas Kunto minta ada ketemuan lagi denganku. Kali ini dia datang dengan tema yang agak berbeda, namun masih kelanjutan dari hari sebelumnya. Dia menceritakan tentang arahan SIM ke depan dari mulai kesekjendan sampai dengan NANO Club. Sebenarnya jujur aku masih sangat nervous untuk ada di SIM. Modal awalku cuma kenal mba Fitri sama Heru Edi. Hari itu, aku sedang tidak enak badan karena kecapaian dan mengantuk. Mas Kunto langsung tahu itu. Dia menanyakan, “kok kayaknya lemes banget?”. Hm, malu sih sebenernya menunjukkan sikap lemes di depan orang yang baru dikenal, nantinya mempondasikan di pikirannya tentang aku yang “nglokroan”. “Iya mas, lagi agak gak enak badan”, jawabku. Tak lama kemudian, saya ditawari lagi hal yang sama dengan pertemuan sebelumnya, intinya aku suruh milih bidang apa.
Pertemuan berikutnya, mas Kunto memberitahuku tentang posisiku di SIM. “Nanti Tri Hariyana ada di posisi sekjend. Ini struktur organisasi yang sekarang seperti ini”,katanya sambil mengeluarkan catatannya.  Ya, sekjen, sekretaris Jenderal. Dia bilang juga bahwa nanti sekjen akan ada 2 orang kadiv yang membawahi 2 divisi, yaitu divisi administrasi dan pembinaan. “Admin nanti dipegang Fulan??, pembinaan nanti ada Pandu. Dia sudah bagus pemahamannya mengenai pembinaan di SIM, dia sudah cukup matang untuk di SIM. Nanti Fulan?? dan Pandu akan membantu Tri Hariyana di sekjen”, begitu katanya. Tapi, tidak lama kemudian dia memberitahukanku bahwa Fulan?? akhirnya diganti dengan Fairuz Fajrianti Nur.>>> BERSAMBUNG

1 comment: