SELAMAT DATANG 歡迎

Assalamualaikum ... Welcome to my blog ... Do not forget to give any comments. Always Good Morning

Friday, 24 June 2011

Ujian Remidiasi Laboratorium Akuntansi I


UJIAN REMIDI LABORATORIUM AKUNTANSI I
Berikut ini informasi keuangan PT Langsat, (PT yang bergerak dalam jual beli semen) pada tanggal 31 Desember 2010 (pencatatan persediaan menggunakan metode fisik).
No. Rek
Keterangan
Debit
Kredit

Kas
211.650.000


Piutang dagang
  40.250.000


Cadangan kerugian piutang

     4.025.000

Persediaan barang dagang
150.000.000


Perlengkapan kantor
  10.000.000


Sewa dibayar di muka
  10.000.000


Peralatan
129.500.000


Akumulasi depresiasi peralatan

  46.375.000

Utang wesel

150.000.000

Utang bank jangka panjang jatuh tempo

    6.250.000

Utang bank jangka panjang

150.000.000

Saham biasa

100.000.000

Agio saham biasa

 10.250.000

Laba ditahan

 84.500.000






551.400.000
551.400.000

Berikut ini transaksi selama bulan Januari 2011:
1.      Tanggal 1 Januari dibeli semen dari PT Holcim sebanyak 15.500 sak seharga Rp 10.500 dengan syarat 5/10, n/90, FOB shipping point
2.      Tanggal 1 Januari menjual peralatan dengan cost Rp 38.000.000 dan akumulasi depresiasi Rp 22.500.000 dijual dengan harga Rp 12.500.000
3.      Tanggal 3 Januari Keterangan ; Biaya angkut untuk transaksi tanggal 1 Januari 2011 sebesar Rp 1.250.000
4.      Tanggal 4 Januari membentuk dana kas kecil Rp 150.000. Pengisian dilakukan setiap 20 hari sekali
5.      Menerbitkan saham preferen (5% non kumulatif, non partisipatif) 3.200 lembar dengan nominal Rp 5.000  
6.      Tanggal 6 Januari UD Semenku menyatakan pailit dan tidak bisa melunasi kembali utang kepada PT  Langsat. Piutang dari UD Semenku adalah Rp 2.900.000
7.      Tanggal 10 Januari menjual semen kepada UD Sinar Kuat sebanyak 5.000 sak dengan harga Rp 25.500 per sak, syarat 5/10, n/60, perusahaan mencatat penjualan ini dengan metode bersih (net method)
8.      Tanggal 10 Januari menjual semen kepada UD Maju sebanyak 1.340 sak dengan harga Rp 25.500 tunai dengan memberikan potongan rabat sebesar Rp 500 per sak. FOB Destination point, biaya angkut Rp 750.000
9.      Tanggal 15 Januari PT Langsat menerbitkan saham biasa sebanyak 100.000 lembar, nilai nominal Rp 1.500, harga pasar saham waktu itu Rp 1.350
10.  Tanggal 17 Januari menerima setengah pelunasan piutang dagang dari UD Sinar Kuat
11.  Tanggal 18 Januari membeli tanah dan gedung dengan harga Rp 225.000.000 ditambah biaya fee perantara Rp 3.250.000 dan biaya balik nama Rp 1.750.000. Harga wajar tanah Rp 100.000.000 dan harga wajar bangunan Rp 140.000.000
12.  Tanggal 24 Januari mengisi kembali kas kecil dengan rincian biaya sbb: biaya fotokopi Rp 22.000, biaya taksi Rp 90.000, biaya parkir Rp 11.000, sisa kas yang masih ada Rp 29.500.
13.  Tanggal 30 Januari PT Langsat membeli obligasi dari PT Indah Lapuk sebanyak 10.000 lembar dengan harga Rp 4.000/lembar. Tingkat bunga 9%. Bunga dibayar setiap tanggal 1 Desember dan 1 Juni. Obligasi ini dijual dengan kurs 100.
14.  Tanggal 30 Januari menerima sisa setengah pelunasan dari UD Sinar Kuat.
Penyesuaian tanggal 31 Januari 2011:
1.      Penghitungan fisik barang dagangan menunjukkan sebesar Rp 208.500.000
2.      Mengakui piutang tak tertagih sebanyak 10% dari piutang dagang
3.      Perlengkapan kantor yang masih tersisa adalah Rp 7.050.000
4.      Sewa dibayar di muka adalah sewa untuk 12 bulan dimulai tanggal 1 November 2010
5.      Biaya depresiasi peralatan bulan Januari adalah Rp 6.500.000
6.      Mengakui utang bunga bank bulan Januari sebesar Rp 2.000.000
7.      Mengakui utang gaji Rp 23.000.000
8.      Utang wesel merupakan utang yang diterbitkan atas pembelian kepada PT Helkim dengan tingkat bunga 10% terhitung 1 Desember 2010 dengan tempo 90 hari.

Soal: susunlah laporan keuangan (Neraca dan laporan laba rugi) melalui satu siklus akuntansi (jurnal, buku besar, penyesuaian, kertas kerja dan laporan keuangan)

KET: Jawaban dikirim ke quan_quale@yahoo.co.id 
Maksimal pukul 10.00 Sabtu tanggal 25 Juni 2011.
Dikerjakan di word, kemudian dilampirkan. Format nama file: RMD_NAMA_NIM

Monday, 13 June 2011

TIGA HARI TIDAK DIHAPUS SEBELAS TAHUN part 3


Hari ke tiga, 17 Agustus 2000, puncak acara dari Gada Bercahaya, hari di mana untuk pertama kalinya aku tidak bersama teman-teman SD ku, dari absen pertama SD kelas 6, Ari Parwati, Ricoh Handayani, Riyanto, Agus Riyanto, Agus Purnomo, Daryono, sampai aku yang absen dua dari terakhir, sebelumnya ada Sugiyanti, Tony Pratomo, dan absen terakhir, Nova Anggih Priawan, setiap tahun mengikuti upacara di lapangan desa Pesanggrahan. Aku tidak pernah absen dari momen itu. Tapi ternyata kelas lima SD itulah aku terakhir kalinya ikut upacara bendera di lapangan Pesanggrahan. Waktu itu, aku sangat merindukan dan ingin sekali ikut upacara bendera di Pesanggrahan. Selalu kita jalan kaki sekitar 20 menit, disusul ada barongan yang senantiasa baris di belakang kita, terus siang pasti ada pertunjukkan ebeg, sampai sore biasanya juga masih menonton ebeg dan berpetualang sama teman-teman SD. Itulah momen yang kuingat di SD sepanjang GADA bercahaya 17 Agustus itu. Namun, semua memang opportunity dan harus mengorbankan yang lain untuk mendapatkan yang lain. Ah, kupikir teman-teman SD pun sedang merasakan kegembiraan..
Jam 4 pagi, kami dibangunkan sekali lagi oleh panitia yang bertugas membangunkan peserta. Kali ini, sirine itu sudah terdengar tidak asing lagi di telingaku. Suaranya masih sama seperti sirine polisi, nguing nguing nguing, mula-mula terdengar pelan, kemudian mengeras seiring waktu, kemudian disusul dengan terdengar suara membangunkan seperti para demonstran yang sedang berdemo dalam ruangan menggunakan mega phone, dengan suara yang lantang si petugas bilang, “ayo bangun, persiapan sholat subuh”. Aku masih agak malas bangun dan Udhikpun lebih malas dari aku, dia masih tertidur di sebelahku.Aku ga tahu entah dia sudah bangun, entah belum. Namun, aku lantas mengusir rasa malasku dan segera membangunkan Udhik. Beberapa saat kemudian, Udhik juga terbangun. Pagi itu, aku paham, hari terakhir aku menginap, pagi terakhir pula aku berada di Asrama Pusdiklat. Tidak terasa hampir secepat itu tiga hari berlalu. Udhik yang kutanya mengenai waktu kenapa cepat berlalu, dia pun menjawab hal yang sama. Setelah membangunkan Udhik, aku lantas turun dari ranjang tingkat tempat aku tidur bersama dia. Aku mulai mengambil keperluan yang sekiranya kubutuhkan untuk pergi ke belakang. Suasana saat itu masih cukup sunyi sehingga aku tidak lagi mengantri untuk masuk kamar mandi.
Usai dari kamar mandi, aku segera mengambil sarung di kamar dan bersama teman-teman kamar, kami bersama-sama menuju mushola untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Pasca salat subuh itupun,kami melanjutkan dengan olahraga bersama dan apel pagi. Apel itu adalah apel terakhir, 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia. Apel dilakukan untuk sekedar membriefing saja agenda hari ini. Dilanjutkan dengan istirahat, MCK kemudian sarapan pagi sampai jam 7.30, kemudian kami berkemas-kemas sebentar untuk menyiapkan keperluan upacara, memakai baju putih celana merah, bertopi dan mengenakan co-card seperti biasanya. Bus sudah menunggu di luar yang memang sudah dibagi per level SD- SMA. Aku dan Udhik seperti biasa naik bis itu, salah satu dari beberapa bus. Bus melaju menuju lapangan stadion Cilacap. Kali itulah aku pertama kali masuk stadion itu. Ada tendanya khusus untuk tamu yang berjajar kursi di sana. Aku kira kursi itu bukan tempatku duduk karena mungkin untuk tamu undangan. Eh ternyata kita termasuk tamu undangan yang ada. Kulihat kakak SMA yang menjadi paskibra kelihatan dewasa banget, mereka tegap dan lantang. Aku ingin menjadi seperti mereka, haha (tapi ternyata belum jadi kesempatanku)..
Upacara dimulai ketika pembawa acara membacakan susunan acara, dilanjutkan laporan-laporan dsb hingga pengibaran sang merah putih,, Menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama, kami berdiri dan member hormat pada bendera. Terdengar paduan suara menyayikan lagu ini dengan sangat lantang. Kemudian diiringi mengheningkan cipta, pidato , kemudian sirine ambulans menguing-nguing tanda detik-detik proklamasi,,, kemudian dibacakan naskah teks proklamasi.. Acara dilanjutkan dengan pidato. Di tengah masa pidato, aku melakukan kenakalan sama anak perempuan yang dia tergolong sangat mini, dan aku memanggilnya “kunthet, kunthet, kunthet, kunthet, net, net, net”dengan nada Mario bross hingga dia menangis,, Lalu, aku lari dari tanggungjawab, huhu…hiks..kasihan dia, aku lupa namanya…
Upacara telah selesai sekitar pukul 10.30. Perasaan upacara saat itu sangat menguras tenaga dan bahkan ada yang pingsan beberapa orang, namun tidak termasuk saya, hehe.. Kami lalu pulang menuju asrama. Hari ke tiga ini adalah hari di mana kita mendapat jatah porsi untuk berlibur dan bersenang-senang. Kami singgah di asrama hanya sebentar untuk membawa perlengkapan dan bekal secukupnya untuk pergi ke Nusakambangan, tempat pertama yang kami kunjungi. Selepas dari asrama menggunakan bis, di sampingku ada Udhik seperti biasa.Bus melaju dengan kecepatan sedang menuju pelabuhan Cilacap penyeberangan ke Nusakambangan. Siang itu sudah menjelang dzuhur, bis mulai naik kapal untuk kemudian menyeberang menuju Nusakambangan. Bosan tetap stay di dalam bus, aku memutuskan untuk keluar bis. Sebelumnya kami dibagi makan siang nasi kotak. Naas, pisangku tidak ada, aku tanya ke Udhik dan siapapun mereka ada pisangnya. Menerima apa adanya dan mengucap terimakasih kepada Allah masih dikasih makan,,
Makan sudah selesai dan tiba gilirannya kami ke luar bis untuk menjejaki sekeliling kapal. Wow, kapalnya sangat luas bagai garasi saja, 3 bus pun masih kelihatan cukup longgar. Berjalan-jalan sebentar untuk kemudian menikmati pemandangan alam yang sangat indah, melihat segara anakan, kampong njojok yang terpencil dan segenap pemandangan yang dapat kunikmati waktu itu. Kapal sudah bersiap akan berlabuh di pelabuhan Nusakambangan, untuk kemudian kami bersama-sama naik ke dalam bus lagi. Kami lantas turun dari bus dan menjejakkan kaki di Nusakambangan. Tempat itu pun terdapat penjual makanan di tepi pantai meskipun aku tahu harganya lebuh mahal sampai 100%.. Aku dan Udhik lantas membeli mie remez ABC dengan slogannya waktu itu (mie remes ABC, remes, kocok, makan) dan twitsko (twitsko twitsko pujaan, membuat lidah menari-nari), snack ringan yang masih kugemari sampai sekarang. Bus untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju wisata setelah kami briefing sebentar. Setiap bus diisi pemandu 1 orang dengan membawa megaphone yang siap untuk menjadi pengeras suara sehingga kita dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat yang kita lalui.
Tempat yang kita kunjungi pertama kali adalah Goa Ratu. Goa Ratu adalah goa yang terletak di Nusakambangan. Setelah perjalanan 15 menit menelusuri Nusakambangan dengan jalan yang sempit dan berkelok-kelok, kami sampai di gua Ratu. Kemudian masuk ke goa. Pemandu bilang agar kami berhati-hati karena memang tempatnya gelap. Di ruang pertama kami harus hati-hati dengan kelelawar karena memang di situ pusat kelelawar. Seperti yang sudah diketahui bahwa tempat kelelawar pasti banyak terdapat kotoran. Hal itu yang membuat kami harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Ruang ke dua adalah ruang gondo mayit. Ketika mendengar nama itu, sontak semua histeris. Aku juga merasa sedikit takut, namun aku berusaha membuang rasa takut itu jauh-jauh. Waktu itu juga posisiku masih bersama Udhik ini. Saya sejatinya lupa dengan ruang gondo mayit ini, kenapa dinamakan seperti itu. Yang jelas dulu digunakan untuk mayat-mayat.
Ruang yang ke tiga adalah ruang di mana terdapat batu yang berkilauan jika disinari lampu. Panitia waktu itu membawa lampu petromaks dan senter untuk menerangi area goa. Batu itu disinari dengan senter dan petromaks. Benar saja, warna-warni muncul dari batu itu, yang berada di dinding gua. Acara di dalam gua ratu berkisar antara 20 menit. Pasca itu, kami keluar gua untuk melanjutkan perjalanan. Keringat mengucur sangat derasnya membasahi bajuku saat itu..
Perjalanan selanjutnya aku merasa agak marah karena tempat duduk kami diduduki orang, Aryudha dan teman homonya, haha, dari SD Jenang 4, yang kupingnya caplang, tinggi. Mereka sangat menyebalkan menyerobot kursi orang sembarangan. Aku yang tahu saat itu, mengusir mereka, namun tidak mau. Aku mengambil jalan tengah untuk membagi kursi itu menjadi 4 tempat, Udhik dengan pasrah akhirnya bisa duduk lagi.Di tengah perjalanan, aku sempat menjahili mereka dan beradu argument serta adu mulut.
Perjalanan melewati sungai malaria. Sungai itu sangat berbahaya karena terdapat nyamuk malaria yang menimbulkan penyakit malaria. Sepintas kuperhatikan memang airnya kering tidak mengalir dan sungainya kecil. Selanjutnya, kami tidak mampir ke penjara batu, hanya melewati saja. Pemandu mengisyaratkan bahwa itu adalah penjara batu. Kami juga melewati kota kecamatan. Namun, alangkah kagetnya aku. Kota cuma 3 rumah dan tidak ada warung atau toko sama sekali??.. hm hm,, Masih terheran-heran, sampailah kita di pentai Ujung Barat Nusakambangan, Pantai Permisan. Jam sudah menunjukkan waktu 12.30, saatnya kita mulai salat Dzuhur di salah satu mushola dekat Permisan. Air yang ada hampir tidak cukup untuk wudlu, dan beruntungnya aku masih mendapatkan jatah air wudlu.. Salat dzuhur segera dilaksanakan. Aku membawa sarung yang memang telah kusiapkan di tas sebelumnnya. Saat itu, aku mendengar Deny dan panitianya bercakap-cakap tentang kompetisi catur, wkwk, membuatku jengkel saja karena Deny itu kelihatannya sok pintar,,
Pasca salat, aku dan Udhik bersama berjalan ke pantai Permisan untuk menikmati ombak. Benar-benar pantai yang indah dan ombaknya besar. Yang paling menarik perhatian adalah cangkang kerang yang ada lumayan bagus dan banyak bertebaran. Aku dan Udhik mempunyai inisiasi untuk mencari kerang itu sebanyak-banyaknya. Dengan menggunakan bungkus mie remes ABC, kami mengumpulkan dan membungkus kerang itu. Bersama teman-teman lain, aku juga berjalan menuju satu karang yang cukup tinggi, di mana ada beberapa orang sedang memancing di sana. Karang yang tertimpa ombak namun tidak goyah, karang penghalang.. Belum puas kami main di sana, panitia dengan membawa megaphone mengumumkan bahwa waktu telah habis..Padahal kami belum sempat menikmati sampai puas. Namun memang jarum jam menunjukkan pukul 15.30. Kerang yang aku kumpulkan hanya satu bungkus, Udhik juga dapat plastik bungkus.
Perjalanan kami lanjutkan lagi menuju asrama melewati Nusakambangan dengan rute balik arah dengan start Pantai Permisan. Dua anak menyebalkan itu pindah bus dan tidak mengganggu kami lagi. Di atas kapal pada saat pulang, aku melihat pembatas laut yang berwarna orange seperti marka mengapung. Pemandangan sangat indah saat itu. Panitia menjelaskan sebenarnya kita akan dibawa jalan-jalan menuju pantai Teluk Penyu, namun karena waktu tidak memungkinkan, maka terpaksa kita langsung cabut pulang ke asrama. Dalam kapal. Aku mengajak Udhik turun dari bis dan menikmati suasana sore itu. “ Ayo, Dhik metu”. Dia menurut ajakanku. Kami lalu keluar dari kapal dan mendapatkan pemandangan di deck kapal. Kami menikmati sepoinya angin sore itu, melihat gunung yang ada. Aku sempat bilang, “Udhik, kowe weruh gunung sing keton kroak, kae perek karo umahku”. Dia hanya menggut-manggut saja. Lalu dia masih melihat pemandangan sekitar. Aku lari agak ke depan, di deck paling depan. Kami lalu berdiri di sana,menikmati sunset dan angin sore itu. Aku masih ingat sempat menanyakan,”Dhik, jeneng lengkapmu sapa?”. Dia menjawab dengan cukup keras sampai aku bisa mendengarnya dengan baik, “Udhik Pandu Tunggal Rahargo” (nama inilah yang masih berusaha kuingat sampai sekarang untuk mencarinya selama 11 tahun ini, lewat online, facebook dan segala macam cara untuk menemukannya hanya dengan berbekal nama lengkapnya). Dia balik tanya, “Lah kowe sapa?”. Aku menjawab, “ Tri Hariyana Risdiyanto”. Aku juga melihat nama SDnya di topinya, SDN Pegadingan 7 (tapi pas beberapa hari setelah itu, pas aku lihat peta Cilacap di SD, aku jadi lupa antara SD Pegadingan 7 atau 2). Dia menanyakan tentang cita-citaku. Aku menjawab menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa, agama. Diplomatis banget, hehe. Dia kutanyakan pertanyaan yang sama, dan jawabannya adalah dia ingin jadi dosen. Sama seperti cita-citanya saat ini, menjadi dosen. Begitulah segelintir percakapanku sore itu dengan dia, menikmati matahari sore dan deburan air serta pemandangan di atas deck kapal hingga kami sampai lagi ke asrama pusdiklat.

Thursday, 5 May 2011

Tiga Hari Tidak Dihapus Sebelas Tahun Part 2


Pagi hari jam 04.00, panitia sudah membunyikan alarm yang ada di mega phone. Seperti sirine polisi saja, kami sontak terbangun semua. Agenda subuh itu adalah solat subuh jam 04.30. Aku membangunkan Udhik. Kita berdua mengambil sarung,wudu dan solat berjamaah di mushola pusdiklat. Pagi itu, sekitar jam 05.00, setelah solat subuh, panitia menginstruksikan ada olahraga pagi jam 05.30.  Kita disuruh siap-siap ganti baju olahraga. Kita juga dilarang memakai sandal. Panitia bilang, “kalau tidak pakai sepatu, lebih baik telanjang kaki”, mereka bilang begitu. Waktu itu, aku lebih memilih telanjang kaki karena habis olahraga pagi, ada apel pagi dan agenda bersih-bersih diri dan sarapan dan malas saja pakai sepatu, hehe. Agenda bersih-bersih diri sampai jam 7 pagi dilanjutkan sarapan sampai jam 8 pagi. Mandi waktu itu juga mengantri panjang. Aku baru bisa mandi jam setengah tujuh. Cepat-cepat aku mandi dan ganti baju. Jam 7 aku ke ruang makan bareng temen-temen. Pagi itu menu masakannya juga hampir sama, telur lagi.
Sesi makan pagi dan makan malam yang kutemui sebelumnya selalu dengan prasmanan. Yang masih kuingat setiap kali ibu-ibu koki di dapur menambahkan sayuran, selalu membawa panci yang sangat besar sekali berisi masakan, biasanya sop. Aku mengambil secukupnya untuk kemudian aku duduk di meja makan yang memang telah disediakan dan bertaplak putih. Seperti biasa, aku makan bareng Udhik dan teman lain tentunya. Sesi makan pagi itu selesai jam 8. Agenda selanjutnya kita ke pendopo kabupaten. Pagi itu, tanggal 16 Agustus, sehari sebelum upacara 17 Agustus (untuk pertama kali semenjak SD, aku tidak ikut upacara bareng teman-teman SD di lapangan Pesanggrahan).
Kami rame-rame berjalan kaki dari asrama menuju pendopo karena memang jaraknya cukup dekat sekitar 500m saja. Sepuluh menit berselang, kami baris seperti bebek rame-rame, meninggalkan asrama melewati SDN Sidakaya 01, 02, 03, melewati perempatan Walikota dan sampai di alun-alun Cilacap. Inilah pertama kali aku masuk pendopo kabupaten Cilacap. Pendoponya bersih, ukiran-ukiran khas Jawa banyak terlihat dari luar, berwarna cokelat. Masuk ke dalam, interiornya sudah modern, dan rasa-rasanya seperti rumah dinas bupati, kami melihat-lihat galeri foto bupati. Setengah jam kami melihat-lihat, ada segerombolan paskibra yang sedang serius latihan. Kami melewati kerumunan yang sedang istirahat itu. Salah satu putri paskibra bertanya padaku,”dari kecamatan mana,Dik?”. Tapi, aku kondisinya bingung, Aku kira dia bukan bertanya padaku. Jadi, aku tidak menjawab, hanya melihat dan tersenyum sedikit ke arahnya. Sebagian paskibra itu juga ada yang sedang melantunkan deklamasi. Potongan yang masih kuingat seperti ini, “ Belahlah dadaku, potong-potonglah jasadku, tapi aku masih dilindungi benteng merah putih…”, itu potongan deklamasi yang masih kuingat sampai sekarang.
Acara pagi itu lebih banyak ramah tamah dengan pak Bupati Cilacap waktu itu, Hery Tabrikarta, S.H, S.E (kalau tidak salah), hehe.. Beliau juga didampingi istrinya yang ikut menemui kami. Aku duduk di tengah. Dimulai dengan perkenalan, sambutan dsb. Tak lupa juga menyanyikan mars Cilacap Bercahaya, aku hafal lagu itu, tapi tidak dengan Udhik, hehe. Atau dia memang tidak suka menyanyi, aku tidak tahu. Di tengah-tengah acara, snack dibagikan kepada kami. Padahal perut belumlah lapar lagi. Acara itu berakhir sekitar jam 11.00. Kami berjalan lagi ke asrama dengan rute yang sama. Sampai di depan asrama, sudah terparkir beberapa bus besar yang siap mengantar kita berjalan-jalan. Tempat tujuan waktu itu adalah Pertamina UP IV dan PT Semen Cibinong, yang terletak di kawasan Industri, Cilacap.
Persiapan kulakukan secukupnya. Aku mengambil tas dan topi, serta beberapa makanan secukupnya termasuk uang saku. Udhik ada bersamaku waktu itu. Kita berdua lari menuju ke bis besar dan ber –AC, bagiku cukup mewah. Aku berjalan ke depan mencari tempat duduk yang kosong, dan akhirnya aku menemukan tempat duduk di sebelah tengah bagian bus. Udhik dan aku sama-sama suka duduk di bagian yang dekat dengan jendela. Tapi, waktu itu diputuskan yang lebih tua yang mengalah. Aku bilang,”aku yang di sini, kamu sama aku kan tua kamu. Siapa yang lebih tua yang harus ngalah, setuju?” Dia bilang, ”Apa iya? Memang kamu lahir tanggal berapa?”, tanya dia.. Seolah dia mengiyakan permintaanku. Aku bilang lagi,” Ok, aku tanggal 22 Agustus, lah kamu lahirnya tanggal berapa?”. Dia jawab:”aku tanggal 12 Agustus”. Kutimpali lagi, “Nah,kan tua kamu. Berarti kamu yang ngalah”. Dia hanya pasrah,mengiyakan dan duduk. Tapi dalam hati sebenarnya aku tidak tega untuk membiarkannya duduk tidak di dekat jendela. Aku sudah berniat untuk tukar posisi manakala kita naik bis lagi nantinya.
Bis berangkat menuju Pertamina UP IV di kawasan Lomanis. Aku tidak tahu rute mana yang diambil. Yang jelas, aku di bis hanya menikmati pemandangan alam dan asyik ngobrol dengan Udhik. Sampai akhirnya tour guide mengatakan bahwa kita sudah sampai di pertamina. Beliau juga mengatakan bahwa handphone, korek api, kamera dan yang membahayakan agar tidak dibawa. Kita lalu turun dari bis dan ada beberapa bis dari pertamina yang datang untuk tujuan tour di dalam kawasan pertamina. Sebelum kita naik bis dari pertamina, kita dikasih snack dan leaflet “biru” mengenai pertamina, dari perkenalan pertamina, sampai UP I, UPII, UPIII, dsb, dan covernya diambil pada saat sunset,bergambarkan foto kilang pertamina pada saat sore menjelang malam (ini yang secara tidak langsung membuatku menjadi suka sunset).
Sepanjang di dalam pertamina, kita dijelaskan oleh pemandu dari pertamina langsung. Pemandu selalu berusaha menjelaskan sejelas mungkin tanpa lelah. Dia memakai mega phone untuk pengeras suara dalam bis. Sesi di dalam pertamina cukup lama karena kita naik bis muter-muter satu unit pengolahan dan setiap ada bagian yang perlu dijelaskan, maka pemandu akan menjelaskan secara lengkap. Di akhir sesi, ada sesi tanya jawab. Udhik aku bujuk untuk bertanya, tapi dia sepertinya menolak. Malah dia yang menyuruhku bertanya, huft. Aku yang ingin bertanya sesuatu tapi kualitas pertanyaanku tidak bagus dan aku minta pertimbangan Udhik waktu itu. Akhirnya, aku mengacungkan tangan dan bertanya, “mengapa Pertamina dibangun di sebelah laut?”. Hal ini langsung dijawab oleh pemandu yang ada di dalam bus dan sepertinya dia tidak suka dengan pertanyaanku dan perasaanku dia memang kurang menghargaiku, dengan ogah-ogahan dia menjawab agar pembuangan air limbah menjadi lebih mudah, dsb. Tidak seperti pada saat Deny Setiawan memberikan pertanyaan tentang, “berapa jumlah karyawan di Pertamina?”. Padahal aku tahu benar itu pertanyaan buatan salah seorang pegawai pertamina. Wekz..
Beralih dari kunjungan di Pertamina, sekitar jam dua, kami melanjutkan perjalanan dengan bis yang sama menuju salah satu pabrik semen di Cilacap. Dulu, pabrik itu bernama PT Semen Cibinong, sekarang telah berganti nama menjadi PT Holcim. Aku dan Udhik selalu bertukar posisi secara otomatis. Kali ini dia yag di dekat jendela. Jika naik bus lagi, maka itu jatahku untuk duduk di dekat jendela. Sekilas melihat pabriknya sangat kotor karena debu yang beterbangan di area pabrik. Kami berkeliling pabrik sebentar dengan bus, melihat alat-alat berat pabrik, tumpukan kerikil dan pasir yang menggunung. Mobil-mobil besar juga beralu lalang di daerah pabrik. Itulah sekilas pemandangan pabrik yang kulihat dari luar.
Dari bis, kami digiring menuju satu tempat, satu gedung yang cukup menawan mataku, gedung yang luas, seperti hall atau sejenisnya. Panitia atau karyawan PT Semen Cibinong sebagian menyambut kami di teras pintu masuk. Aku melihat hadiah-hadiah yang dibungkus kertas sampul buku warna cokelat itu. Hadiah dibedakan sesuai jenis sekolahnya, yaitu SD, SMP dan SMA. Saya tidak tahu apa perbedaan hadiah anak SD, SMP dan SMA. Yang jelas, saat pertama melihat kita dapat bungkusan, Udhik bilang begini, “Wah, kita dikasih oleh-oleh semen”. Aku menjawab,”iya, juga nih,kita dikasih oleh2 semen apa ya?”. Kita sempat mengantri untuk mendapatkan bingkisan dari PT Semen Cibinong. Bungkusan itu mendarat di tanganku dan ternyata bukan semen, melainkan buku “Mirage” sebanyak 1 pack.
Kaki ini melangkah ke dalam ruangan. Ruangan terlihat dan terkesan gelap, karena itu memang suatu ruangan untuk presentasi, aula atau sejenisnya. Hawa dingin AC terasa di kulitku mengingat aku tidak memakai jaket. Di depan ada podium dan ada layar untuk presentasi dengan power point. Kali itu, pertama kali aku melihat presentasi dengan power point. Aku sangat heran pada saat slide show karena tulisannya jalan sendiri, ngetik sendiri, hoho, bodohnya aku.. Dari pihak semen pun telah menanyakan sebelumnya, “adik-adik bisa buat presentasi power point kan?”. Begitulah. Kita diterangkan mengenai seluk beluk semen sampai dengan tahap pengolahan semen. Aku sebatas tahu apa saja info yang memang sanggup aku cerna waktu itu. Seperti reaksi kimia dsb sepertinya otakku belum jalan untuk menerima semua itu.
Sesi kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Namun, para peserta dipancing satu pertanyaan. Jika dapat menjawab, maka dari Semen akan memberikan hadiah Rp 15.000. Namun, pertanyaan yang terlalu sulit. Ada yang memang berusaha menjawab. Tapi, pada akhirnya salah. Dilanjutkan kemudian sesi tanya jawab yang melibatkan beberapa penanya yang akhirnya diselesaikan dengan sesi penutup.
Dari semen cibinong, kami diantar kembali pulang ke asrama pusdiklat sekitar jam tiga sore. Acara sore itu adalah bebas, karena jadwal baru akan dimulai pascamaghrib. Sebenarnya alokasi waktu semen cibinong dan pertamina sampai sore. Namun, karena ketepatan waktu sehingga acara pun selesai tepat waktu. Sore itu, setelah shalat ashar, kami menuju kamar masing-masing. Sekedar ngobrol ngalor ngidul, sekedar bercanda bersama. Pernah dalam suatu siang, Udhik ditemui bapaknya, pas kita berdua sedang jalan kaki menuju aula pusdiklat, dia hanya menemui sebentar dan entah ngobrol apa mereka berdua. Yang jelas, dia sudah tidak lagi menangisi bapaknya lagi, hoho..
Sore hari itu bagi kami adalah sore hari yang paling menyiksa, karena apa? Ya, sangat lapar. Perut kami sudah mulai keroncongan, keruyukan, dan apapun istilahnya. Yang jelas, di dekat asrama ada bakso yang kukenal, kalau tidak salah bakso Pak Pur. Bakso itu mempunyai cabang di mana-mana dan aku pernah makan bakso di salah satu cabang. Udhik yang waktu itu aku ajak makan bakso, namun dia menolak dengan alasan dia ingin istirahat dulu. Sementara sasaran yang kuajak dan langsung mengiyakan adalah Dion Mahatma, memang dia berisi badannya. Akupun tahu kalau aku lapar, dia pasti lebih lapar lagi. Alhasil, sore itu kita menikmati semangkuk bakso. Tidah hanya aku dan Dion, namun ternyata teman-teman yang lain ikut-ikutan makan bakso. Lumayan untuk sekedar mengganjal perut sampai Maghrib nanti.
Saatnya sholat maghrib dan isya. Seperti biasanya, muadzin dan tauziah nya adalah mas Prio Anggoro. Krislam, masih ingat benar, dia sesekali bisa diajak dan sesekali tidak bisa diajak solat. Ya Allah, sekarang dia agamanya apa ya?? Anditya, penggalan namanya yang masih kuingat sampai sekarang. Makan malam itu memakai ayam goreng seperti malam yang telah berlalu. Seolah sudah tanpa beban, kami mengambil sendiri makan malam dan tanpa malu-malu ada yang menambah. Tapi, aku cukup makan sekali dan tidak perlu nambah karena memang sudah sangat kenyang.
Malam itu, sekali lagi, kita digiring untuk berjalan kaki menuju pendopo kabupaten. Malam itu, aku duduk terpisah dari Udhik. Disebelah kiriku ada Deny Setiawan, di sebelah kananku ada yang dari Maos, terus kalau tidak salah ada Bety Nurhajat Jalanita, juga ada Rizma Haidif Firinda. Bety ini pertama kulihat memang orangnya special super pinter dan agak congkak sedikit bawaannya, atau memang karena dia itu super pintar atau bagaimana. Tapi waktu SMA karena kita satu SMA dan satu kelas juga waktu kelas XII, aku tanya ke dia tentang saat GADA BERCAHAYA itu, dia hanya menjawab, “iya memang waktu itu sosialisasiku kurang bagus”. Deny, orangnya murah senyum dan supel sehingga panitia GADA kenal akrab dengan dia. Kulitnya cerah langsat,matanya sipit seperti dia itu keturunan Chinese tapi masih ada Jawanya sedikit. Dia suka bermain catur, dia kayaknya juga jago matematika. Malam itu aku dicubit Deny Setiawan, pundak kiriku, karena aku mencomblangkan dia dengan seseorang. Deny Setiawan dari SD N Tritihwetan 02. Rizma juga sempat ngobrol denganku.
Aku lebih banyak ngantuk meskipun tarian yang disajikan dari siswa SMP Maos bagus-bagus dan acara-acara yang disajikan malam itu cukup menghibur. Sekitar jam 22.00 malam kita kembali lagi ke asrama pusdiklat dengan ngantuk yang hilang karena kita berjalan kaki. Namun, sebelum itu, kita diberi satu kenang-kenangan oleh bupati Cilacap, yaitu ornament topeng ala Indian, dan ada papan tergantung dibawahnya bertuliskan dari Bupati Cilacap. Topeng itu sekarang pecah dan disimpan di lemari.
 Sekitar 10 menit setelah sampai di asrama, aku mencopot sepatu dan merangkak naik ke atas untuk tidur.. Kali ini giliranku yang tidur di pinggir, dia yang tidur di tengah. Kita berdua memang begitu, saling berbagi, dari tempat duduk di bus, tempat tidur, jadi sama-sama pernah merasakan enak, pernah juga merasakan tidak enak. Hari kedua ini, banyak memoriku yang sudah terhapus karena memang kesan yang kudapatkan kurang dibandingkan hari pertama atau hari ke tiga. Memori 16 Agustus 2000... To be continue


Visit Facebook GADA BERCAHAYA http://www.facebook.com/group.php?gid=152370014923

Etika dan Bisnis dalam Dunia Modern


Jika kita memandang situasi etis dalam dunia modern terutama tiga ciri yang menonjol. Pertama, kita menyak­sikan adanya pluralisme moral. Dalam masyarakat-masya­rakat yang berbeda sering terlihat nilai dan norma yang berbeda pula. Bahkan masyarakat yang sama bisa ditandai oleh pluralisme moral. Kedua, sekarang timbul banyak ma­salah etis baru yang dulu tidak terduga. Ketiga, dalam dunia modern tampak semakin jelas juga suatu kepedulian etis yang universal. Mari kita memandang tiga ciri ini secara lebih rinci.
Pluralisme moral terutama dirasakan karena sekarang kita hidup dalam era komunikasi. Konon, ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika (1492), bos­nya di Eropa – raja Spanyol – baru mendengar tentang ke­jadian itu sesudah 5 bulan. Ketika Presiden Amerika Se­rikat, Abraham Lincoln, dibunuh (1865), kabar itu baru sampai di Eropa sesudah 12 hari. Kini melalui media ko­munikasi modern informasi dan seluruh dunia langsung memasuki rumah-rumah kita, sebagaimana juga kejadian­-kejadian di dalam masyarakat kita segera tersiar ke segala pelosok dunia. Dalam hal ini perkembangan mutakhir adalah Internet. Suka tidak suka, bersama dengan menerima informasi sebanyak itu kita berkenalan pula dengan norma dan nilai dari masyarakat lain, yang tidak selalu sejalan dengan norma dan nilai yang dianut dalam masyarakat kita sendiri. Seperti diketahui, beberapa negara komunis yang sejak Perang Dunia II telah berusaha menutup diri terhadap segala pengaruh dan luar, dalam hal ini hanya sebagian berhasil. Lagi pula, sarana pengangkutan modern seperti pesawat terbang, kereta api dan kendaraan bermotor telah mengakibatkan suatu mobilitas yang belum pernah disaksi­kan sepanjang sejarah umat manusia. Ratusan juta manusia setiap tahun melewati perbatasan negara mereka. Kita lihat, mereka pergi semakin jauh, karena sarana pengang­kutan semakin cepat dan pelayanan kewisataan semakin ditingkatkan. Pariwisata sudah menjadi sebuah industri yang dengan sengaja digalakkan untuk menarik sebanyak mungkin devisa. Dunia usaha juga sudah hampir tidak mengenal perbatasan negara, sehingga banyak sekali rnana­jer, konsultan dan teknisi berkeliling dari satu negara ke negara lain, sebagai karyawan salah satu multinational cor­poration. Atau kita lihat saja betapa banyak orang Indonesia pernah menuntut ilmu di luar negeri atau sekarang sedang rnenjalani studi di luar negeri. Tidak dapat disangkal, ma­syarakat kita yang sudah sejak dulu diwarnai “kebhineka­an” sekarang berjumpa dengan kemajemukan norma dan nilai seperti hampir semua masyarakat di dunia. Kema­jemukan itu menyangkut nilai dan norma dalam praktek­-praktek bisnis, umpamanya, tapi juga dalam bidang yang sama sekali lain seperti seksualitas serta perkawinan. Kita lihat, ada beberapa masyarakat yang lebih liberal dan per­misif daripada masyarakat lain tentang hubungan seksual sebelum perkawinan, hubungan homoseksual, pornognafi, dan sebagainya.
Ciri lain yang menandai situasi etis di zaman kita adalah timbulnya masalah-masalah etis baru, yang terutama di­sebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis. Di antara masalah-masalah paling berat dapat disebut: apa yang ha­rus kita pikirkan tentang manipulasi genetis, khususnya manipulasi dengan gen-gen manusia; apa yang bisa dikata­kan tentang reproduksi artifisial seperti fertilisasi in vitro, entah dengan donor atau tanpa donor, entah dengan ibu yang “menyewakan” rahimnya atau tidak; apakah kita bisa menenima eksperirnen dengan jaringan embrio untuk me­nyembuhkan penyakit Alzheimer-umpamanya, entah ja­ringan itu diperoleh melalui abortus yang disengaja atau abortus spontan? Masalah-masalah etis yang timbul ber­hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, akan dibicarakan lagi secara khusus dalam Bab yang lain.
Ciri ketiga adalah suatu kepedulian etis yang tampak di seluruh dunia dengan melewati perbatasan negara. Globa­lisasi tidak saja merupakan gejala di bidang ekonomi, tapi juga di bidang moral. Kita menyaksikan adanya gerakan-­gerakan perjuangan moral yang aktif pada taraf internasio­nal. Bisa dalam bentuk kerja sama antara Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat, bisa juga dalam bentuk kerja sama antara DPR dari beberapa negara atau serikat-serikat buruh, dan sebagainya. Lebih penting lagi adalah suatu kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi tampak di mana-mana. Ungkapan-ungkapan kepedulian etis yang terorganisir malah tidak mungkin tanpa dilatarbelakangi oleh kesadaran moral yang universal itu. Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentanig Hak-hak Asasi Manusia yang diproklamasikan oleh Perseri­katan Bangsa-Bangsa pada 10 Desember 1948. Proklamasi ini pernah disebut kejadian etis yang paling penting dalam abad ke-20. Deklarasi tersebut tidak merupakan pernyataan hak-hak yang pertama dalam sejarah, tapi merupakan per­nyataan pertama yang diterima secara global karena diakui oleh semua anggota PBB. Dan tanpa memandang isinya, hal ini sudah merupakan suatu fenomena yang luar biasa. Kepedulian etis yang sama tampak juga dalam bentuk uni­versal, karena banyak masalah etis yang baru ditandai uni­versalitas juga, artinya, berlaku untuk seluruh dunia. Di sini dimaksudkan terutama masalah-masalah etis yang ber­kaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, masalah seperti lingkungan hidup dan sebagainya.

Sweet Dream by 장나라 (Jang Na Ra)

It's gonna be another day with a sunshine
햇살은 나의 창을 밝게 비추고,
반쯤 눈을 떴을때 그대 미소가 나를 반겨요

내 볼에 살짝 입맞추고 사랑한다고 속삭였죠
내 머리 맡에 모닝커피 혹시 내가 꿈을 꾸나요

It's gonna be another day with a sunshine
햇살은 나의 창을 밝게 비추고
반쯤 눈을 떳을때 그대 미소가 나를 반겨요

When we can get together i feel paradise
이보다 더 행복할 수는 없겠죠
아마 그럴꺼예요 지금 내곁에 그대가 있잖아요

너무 흔해서 나조차도 싫어했었던 내 이름도
왠지 그대가 불러주면 예쁘게만 느껴 지네요

It's gonna be another day with a sunshine
그대가 나를 아름답게 하네요
나를 안아줄래요 사랑한다고 말해줄께요

where we can get together i feel paradise.
마치 난 영화속의 주인공처럼
사랑받기위해서 그대 맘속에 다시태어난거죠

지금 이순간 나보다 행복한 사람은 없겠죠
깨지 않게 해줘요 Don't brake it 난 이꿈안에서

It's gonna be another day with a sunshine
햇살은 나의 창을 밝게 비추고

반쯤 눈을 떳을때 그대 미소가 나를 반겨요

where we can get together i feel paradise.
이보다 더 행복할 수는 없겠죠 아마 그럴꺼에요
지금 내곁에 그대가 있잖아요

It's gonna be another day with a sunshine
그대가 나를 아름답게 하네요
나를 안아줄래요 사랑한다고 말해줄께요



http://gasazip.com/136524

Monday, 2 May 2011

Sign of Wish - 茉樹代 (Makiyo)

つかまえた夢はいつも カタチを変えてしまうから
気づかないうちに全て 失くしてることもあるでしょ
だけどきっと

過ぎた昨日を振り返るたび 心が痛むから
忘れかけてた思いの欠片
見えない明日に探そうよ

I BELIEVE MY DREAM 儚いけど この世界の片隅で
寂しさをこらえながら 輝く日を待っている
いつまでも消えない A SIGN OF WISH

眠らない 夜に独り 居場所を探しつづけてる
消えそうな 星に一つ 願いを届けられるまで
君はもっと

強くなること 孤独だってこと もうわかってるから
遠い幻 追いかけるよに
目覚める空に飛び立とう

七色の虹にとける ジニアの咲く あの丘で
太陽が笑いかける 眩しい未来 信じてる
いつまでも見つめて A SIGN OF WISH

I BELIEVE MY DREAM 儚いけど この世界の片隅で
寂しさをこらえながら 輝く日を待っている
いつまでも消えない A SIGN OF WISH




ROMAJI
Tsukamaeta yume wa itsumo katachi wo kaete shimau kara
Kizukanai uchi ni subete nakushiteru koto mo aru desho
Dakedo kitto

Sugita kinou wo furikaeru tabi kokoro ga itamu kara
Wasure kaketeta omoi no kakera
Mienai asu ni sagasou yo

I believe my dream
Hakanai kedo kono sekai no katasumi de
Sabishisa wo koraenagara kagayaku hi wo matte iru
Itsu mademo kienai
A sign of wish

Nemuranai yoru ni hitori ibasho wo sagashitsuzuketeru
Kiesou na hoshi ni hitotsu negai wo todokerareru made
Kimi wa motto

Tsuyoku naru koto kodoku datte koto mou wakatteru kara
Tooi maboroshi oikakeru yo ni
Mezameru sora ni tobitatou

Nanairo no niji ni tokeru jinia no saku ano oka de
Taiyou ga waraikakeru mabushii yume shinjiteru
Itsu mademo mitsumete
A sign of wish

I believe my dream
Hakanai kedo kono sekai no katasumi de
Sabishisa wo koraenagara kagayaku hi wo matte iru
Itsu mademo kienai
A sign of wish
ENGLISH
The dreams I catch always change shape
And before I realize it, I've lost everything
But I know

Whenever I look back at yesterday, my heart aches
I'm going to search for the forgotten fragments of a memory
In a tomorrow I can't see

I believe my dream
It's fragile, but in a corner of the world
A shining day awaits, holding back the sorrow
It will never disappear
A sign of wish

On sleepless nights, I keep searching alone
Until one wish reaches a star that's about to disappear
You already know

That you will get stronger, that you are lonely
I'll awaken and take flight through the sky
As if chasing a distant phantom

A rainbow melts into that zinnia-covered hill
There the sun is laughing and I believe in a brilliant dream
I'm always looking at it
A sign of wish

I believe my dream
It's fragile, but in a corner of the world
A shining day awaits, holding back the sorrow
It will never disappear
A sign of wish